Tentang Ilmu Firasat

Awalnya saya kira tidak ada, eh ternyata ada yang namanya Ilmu Firasat, serta ada juga Kitab yang membahasnya. Nama Kitab Al-Firasah buah karya Imam Fakhruddin Ar-Razi yang sekarang Kitab tersebut saya miliki. Dalam Kitab tersebut di nyatakan Bahwa Firasat bukanlah kemusyrikan. Sampai kapan pun, firasat akan tetap menjadi bagian dari prinsip "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" (Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami meminta tolong). Demikian yang ditegaskan oleh Imam Ibnu Qayyim dalam bukunya, Madarij as-Salikin (Titipan - titipan Bagi Para Pencari Tuhan). Sebab, firasat adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam kalbu hamba-Nya agar dengan cahaya itu si hamba dapat membedakan antara yang hak dan yang batil, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang palsu dan mana yang asli, serta mana yang jujur dan mana yang dusta.

Firasat semacam ini selalu berbanding lurus dengan kekuatan iman. Semakin kuat iman seseorang, semakin tajamlah firasatnya.
Ibnu Mas'ud ra. mengatakan, ada tiga manusia yang memiliki firasat sangat tajam :

Pertama, al - 'Aziz, yang dengan ketajaman firasatnya terhadap Yusuf, berkata kepada istrinya, "Berikanlah kepadanya tempat (dan layangan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak." (QS. Yusuf:21)

Kedua, putri Nabi Syu'aib as, yang berkata kepada ayahnya berdasarkan firasatnya terhadap Musa, "Ambillah ia sebagai orang yang bekerja." (QS. al - Qashash:26) Ketiga, Abu Bakar Shiddiq ra, yang memperlihatkan ketajaman firasatnya terhadap Umar ra. ketika menunjuknya sebagai khalifah pengganti dirinya. Dalam riwayat lain, Ibnu Mas'ud menambahkan: Juga istri Fir'aun ketika berkata, "(ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah - mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita jadikan ia sebagai anak." (QS. al-Qashash:9), kepada suaminya ketika melihat Musa as.

Adapun orang yang paling tajam firasatnya dari kalangan umat Muhammad adalah Abu Bakar Shiddiq, setelah itu baru Umar bin Khattab. Diriwayatkan bahwa setiap kali Abu Bakar berkata, "Sepertinya hal itu akan begini jadinya...." maka apa yang diucapkannya itu benar - benar terjadi. Cukup banyak bukti yang memperlihatkan firasat Abu Bakar selalu sesuai dengan kehendak Allah, terutama dalam beberapa peristiwa besar yang masyhur di tengah - tengah umat ini. Hal ini menegaskan bahwa firasat para sahabat Rasulullah merupakan firasat yang sangat bisa dipercaya. Sebab, firasat mereka itu termasuk jenis firasat yang bersumber dari kekuatan dan cahaya yang hanya dianugerahkan oleh Allah kepada hamba - hamba-Nya tertentu yang Dia kehendaki. Keduanya - kekuatan dan cahaya - inilah yang membuat hati seorang sahabat senantiasa hidup dan bersinar, sehingga firasatnya tidak pernah meleset. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya : "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hiudpkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah - tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali - kali tidak dapat keluar darinya?" (QS. al-An'am: 122)

Atas dasar itu, maka kita harus hati - hati (baca: benar - benar memperhatikan dan mempertimbangkan) firasat seorang mukmin, karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah. Guru kita, Fakhruddin ar-Razi, dalam pembukaan Kitabnya yang tengah kita pelajari ini menegaskan bahwa jenis firasat yang dimiliki para sahabat itu tidak diperoleh melalui proses belajar (tidak bisa dipelajari, edt). Maka dari itu, dalam kitabnya ia hanya memusatkan pembahasannya pada salah satu jenis firasat yang disebut dengan "Firasat khalqiyyah" (Membaca Karakter Melalui Bentuk Anggota Tubuh).

Yakni, ilmu yang disusun oleh para ahli kedokteran dan ilmuwan - ilmuwan dari cabang lain (semisal psikologi dan lain sebagainya, edt) untuk membaca atau meramal berbagai sifat (karakter) berdasarkan keadaan atau bentuk sejumlah anggota tubuh. Sebab, di antara keduanya - keadaan anggota tubuh dan watak - terdapat berbagai hubungan atau keterkaitan yang telah ditetapkan oleh kekuasaan (hikmah) Allah SWT. Mereka kerap menjadikan "kondisi lahiriah" sebagai indikasi dari "kondisi batiniah" karena mereka meyakini adanya hubungan erat antara keduanya, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh hikmah Allah! Firasat khalqiyyah penting sekali untuk dipelajari, mengingat kejahatan kian merebak dan kerusakan moral di daratan maupun di lautan makin merajalela, namun tidak ada sarana - sarana ilmiah modern yang bisa mendeteksi semua itu dengan mudah, maka penerapan (penggunaan) ilmu firasat ini menjadi sebuah kebutuhan, terutama untuk mengetahui baik buruknya karakter atau watak manusia di sekitar kita.

Kecakapan seorang yang mempelajari ilmu firasat tergantung pada tiga hal; mata, telinga dan hatinya. Namun, ketepatan firasatnya amat sangat ditentukan oleh kejernihan pikir, ketajaman hati, dan kecerdasan akalnya, di samping harus didukung oleh adanya tanda - tanda dan petunjuk - petunjuk yang jelas pada diri orang yang dibaca sifat dan karakternya. Namun, semua itu juga bisa tergantung pada kondisi tertentu ketika kepribadian seseorang yang dibaca tidak sesuai dengan watak (tabi'at) aslinya. Sebab, dalam pergaulan dan interaksinya seseorang kadang kala juga meniru perilaku - perilaku orang yang bergaul dan berinteraksi dengannya. Pada kondisi seperti ini, tanda - tanda yang terlihat tidak lagi berfungsi sebagai penyebab yang menentukan kesimpulan, sehingga kesimpulan - kesimpulan yang ada pasti akan bertolak belakang dengan tanda - tanda itu dikarenakan tidak terpenuhinya syarat yang diperlukan, atau adanya faktor yang membuat kesimpulan itu terhalang. Hal - hal seperti ini harus kita perhatikan, dan jangan mengambil sebuah kesimpulan tanpa mengamatinya dengan baik terlebih dahulu.

Sejak dahulu kala para ilmuwan  memang sudah berbeda pendapat ketika menjawab pertanyaan: "Apakah tabiat asli bisa mengalahkan tabiat yang dibuat - buat?" Namun, dari semua jawaban yang muncul menunjukkan bahwa kajian tentang firasat ini tetap memiliki peranan penting, karena ilmu ini memberikan manfaat yang besar kepada manusia. Dr. Alexis Carrel, peraih Nobel di bidang fisiologi, dalam bukunya, L'Homme, cet Inconnu (Man, The Unkown), yang menjadi best seller dan banyak menarik perhatian manusia di pelbagai belahan dunia mengatakan, "Sesungguhnya pengetahuan kita tentang diri kita sebagaian besar masih teramat dangkal." Dari bukunya ini, boleh dibilang saya menjadi yakin bahwa zaman kita yang modern ini masih memberikan ruang,begitu lebar kepada ar-Razi untuk berbicara secara panjang lebar kepada kita soal ilmu firasat. Sebagaimana berikut: Bentuk - bentuk wajah itu mencerminkan berbagai hal yang paling dasar dari berbagai bentuk aktivitas perasaan tersembunyi.

Maka dalam "buku yang terbuka" ini manusia bukan hanya bisa membaca sifat - sifat tercela, sifat - sifat terpuji, kecerdasan dan kepandiran, perasaan - perasaan, dan kebiasaan - kebiasaan yang sengaja disembunyikan oleh seorang individu, tetapi juga bisa membaca struktur tubuh orang tersebut. Pada hakikatnya, bentuk tulang, lemak, kulit dan rambut itu dipengaruhi oleh nutrisi yang larut melalui proses pembentukan plasma darah, atau melalui aktivitas kelenjar - kelenjar dan alat - alat pencernaan. Kondisi inilah yang menyebabkan bentuk tubuh seseorang mencerminkan keadaan organ - organnya. Yakni, sebagaimana permukaan kulit bisa menggambarkan keadaan fungsi - fungsi kelenjar endokrin, lambung dan sistem saraf. Bentuk tubuh juga menentukan potensi penyakit yang bakal diderita seseorang. Fakta di lapangan membuktikan bahwa terdapat perbedaan potensi penyakit yang menyerang organ tubuh dan otak antara satu kelompok individu dengan bentuk tubuh tertentu dan kelompok individu dengan bentuk tubuh lainnya.

Misalnya saja, orang yang berbahu bidang dengan tubuh tinggi dan orang berbahu bidang namun bertubuh pendek. Keduanya memiliki perbedaan dari aspek fungsi tubuh. Orang - orang yang bertubuh tinggi, baik dari kalangan olahragawan maupun bukan, lebih rentan terhadap serangan tuberkulosis (TBC) dan gangguan jiwa dini (anticipatory insanity). Sedangkan orang - orang bertubuh pendek lebih rentan terserang gangguan jiwa periodik (periodec insanity), kencing manis (diabetes melitus), dan gangguan punctum. Itulah sebabnya, para tabib kuno selalu memberikan perhatian besar pada postur (keadaan) tubuh dan tabiat - tabiat (perangai) pasien ketika melakukan pemeriksaan (diagnosa) terhadap berbagai jenis penyakit. Itu karena, wajah setiap orang bisa menjelaskan gambaran kondisi jasmani dan rohaninya.
Sekian...

Tidak ada komentar

Kolom Komentar